Postingan

Taufik Nuriman

Melihat Pendopo di Arafah   SIANG itu, matahari membakar hamparan pasir di kawasan Arafah. Namun suasana terik tersebut, tak menghalangi lautan manusia meraih cinta Sang Maha Agung. Suara zikir yang membahana, menambah hangat siang di Arafah.       Satu dari ratusan ribu jemaah itu adalah Taufik Nuriman, prajurit Koppasus Cijantung berpangkat……. Pada musim haji 1987 itu, ia berangkat ke tanah suci bersama istrinya, Ny. Ratna. Selama di tanah suci, Taufik Nuriman mendapat tugas sebagai pembimbing haji. Oleh sebab itu, dalam beberapa kesempatan ia sering didaulat menjadi pemimpin doa. Hal itu, antara lain, terjadi ketika di Arafah. Seperti biasa, usai memimpin doa ia mempersilahkan jemaah lainnya berdoa sendiri, sesuai keinginan masing-masing. Ia mulai khusu berdialog dengan Sang Rab, merinci dosa yang pernah dilakukan dan berharap keridoan-Nya. Ketika itulah, Taufik dikejutkan oleh bayangan yang melintas jelas di hadapannya. Taufik melihat gedung bercat p

Yoyo Mulyana

Malaikat Ikut Berzikir TERIK matahari membakar kawasan Mekah Al Mukaromah. Puluhan ribu jemaah berputar mengelilingi Baitullah, sebagian lainnya duduk bersimpuh mengurai air mata. Matahari masih menggantung di atas Kabah, ketika seorang jemaah asal Banten khusu tafakur di dalam masjid yang paling disucikan umat Islam seantoro jagat.  Dia Yoyo Mulyana, cendikiawan kelahiran Serang 19 Maret 1941.  Pada musim haji tahun 1968 itu, ia ziarah ke tanah suci bersama istrinya, Ny. Kimtafsirah.          Ba’da Salat Szuhur, Yoyo tak lekas bergegas dari tempat duduk. Ia membiarkan pikirannya mengembara, menembus dinding tebal Masjidil Haram, kemudian melayang hingga ke langit ketujuh. Di tengah pengembaraan batin, Yoyo merasakan dirinya tampak kecil. Jauh lebih kecil dibanding debu yang menyelip di hamparan padang pasir. Batin Yoyo bergetar hebat, merontokkan seluruh keakuan yang selama ini hinggap di pikirannya. Ia kian merasa tak ada apa-apanya. Tak ada kelebihan yang bis

Iya Sukiya

Nemu Emas Segepok CARA Allah menguji kebeningan hati dan kejujuran “tamu-Nya” di tanah suci memang beragam. Tak jarang, Sang Maha Kudus “mengiming-imingi” rejeki nomplok. Tapi, seringkali pula DIA mempertontonkan teguran secara langsung bila tamu-Nya nyeleneh.   Ujian berupa rejeki nomplok, pernah ditemui Drs. H. Iya Sukiya, M.Si. Ketika menunaikan haji, ia dan istrinya menemukan bungkusan pelastik berisi emas murni lengkap dengan surat-suratnya. Bungkusan yang ditinggal pemiliknya tersebut tergeletak di meja sebuah toko emas di Pasar Seng, Mekah. “Saya kaget, ketika dibuka bungkusan itu berisi emas murni. Jumlahnya banyak. Rupanya, pembelinya habis ngeborong,” kata Kepala Biro Perlengkapan Provinsi Banten, seraya mengenang peristiwa yang  terjadi pada 1996 tersebut. Mantan Asda II Kota Bogor kelahiran 1953 itu mencari tahu soal pemilik bungkusan tersebut kepada beberapa orang, termasuk pemilik toko emas. Namun, tak satupun dari mereka yang mengakui atau

Sam Rahmat

Dikungkung Waswas MALAM itu langit di Ciwandan amat cerah. Asap industri yang keluar dari puluhan cerobong rakasasa, tak mampu menutupi cahaya emas yang memancar dari jutan bintang yang berkedipan. Bulan masih menatap bumi dengan matanya yang jalang, ketika sosok anak manusia duduk termenung di serambi rumahnya yang mirip istana kecil. Mata pria bertubuh sedang itu biasanya tajam. Namun malam ini, matanya terlihat lelah. Sesekali wajahnya mendongak ke langit, seperti sedang berusaha membuang beban pikiran yang teramat berat. Sam Rahmat, nama pria tersebut. Di usianya yang masih muda, ia bukan saja sudah menjelma menjadi pengusaha sukses, namun juga menjadi tokoh masyarakat yang disegani. Alhasil, di usianya yang masih muda itu ia sudah memiliki segalanya: pengaruh dan limpahan harta. Namun malam itu, Sam merasakan dirinya amat do’if (lemah). Semua yang dimilikinya seperti tak ada artinya. Pikirannya menggapai-gapai langit, seperti ingin menghiba di hadapa

H. Ayi Ruhiyat

Ditolong Negro KHASIAT  air zam-zam sudah bukan rahasia lagi. Konon,  selain bisa menghilangkan rasa haus, zam-zam juga  menyimpan hasiat sebagai obat mujarab berbagai penyakit. Drs. H. Ayi Ruhiyat pernah merasakan “keajaiban” air zam-zam. Peristiwa tersebut terjadi ketika Kepala UPTD Dispenda Banten-Kabupaten Tangerang itu menunaikan ibadah haji pada musim haji 2002.      “Terus terang, badan saya ini cengeng. Mudah capek dan sering masuk angin,” kata H. Ayi. Sadar tubuhnya “cengeng”, Ayi mengaku memiliki banyak pantangan. Misalnya, tidak mau kena angin malam, puasa minum air dingin, dan tidak bisa memakai pakaian yang membuka peluang masuk angin. “Kalau minum yang dingin-dingin, biasanya saya langsung masuk angin,” ungkapnya, sambil terkikih. Tapi ketika sedang menunaikan ibadah haji, semuanya jadi berubah. Tubuhnya tahan banting. Tidak mudah lelah dan tidak pernah masuk angin. Padahal, aktivitas ibadah haji yang padat memerlukan energi ekstra. Selain itu

KH Syahrir Abror

Sandal Jadi Kelapa Gading   MENGGALI  keunikan di tanah suci, memang tak pernah habis. Keajaiban Tuhan tersebut terus bermunculan, seperti sumber air zam-zam yang tak pernah asat. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Abror Cibeber Kota Cilegon, KH Abror,  menyaksikan sendiri kemahabesaran Tuhan tersebut.  Dua kali menunaikan ibadah haji, penceramah kondang asal kota baja ini mengalami peristiwa yang sulit dilupakannya hingga saat ini. Pada haji pertama tahun 2003, Ketua Satkar Ulama Provinsi Banten ini dikejutkan dengan kejadian yang sulit dipercaya. Konon, sandalnya yang disimpan di dalam tas, tiba-tiba berubah menjadi dua biji kelapa gading. Ke dua butir kelapa tersebut sedang tumbuh tunas. Kejadian di Mekah itu baru diketahui, ketika ia akan menggunakan sandal itu untuk wudlu. “Ini benar-benar terjadi. Bukan hanya saya yang heran, tapi seluruh jemaah yang menyaksikan kejadian itu pada melongo. Subhanallah. Ini bukti kebesaran Allah,” kata penceramah yang dike

Edi Zubaedi

Membangun Dunia Seni GELIAT seni rupa di Banten semakin bergairah. Hal itu, antara lain, terlihat dari semakin menjamurnya organisasi tempat bernaung para seniman di provinsi yang baru seumur jagung ini. Aktivitas yang dipelopori kaum seniman pun semakin intens. Mereka tak lagi hanya kongkow-kongkow di tengah komunitas sendiri, tapi juga berbaur dengan lingkungan sekolah. Tempat pameran seni rupa pun tak lagi identik dengan gedung megah, sebab sekolah juga sering menjadi tuan rumah hajat para seniman tersebut. Bicara tentang seni rupa, tak bisa lepas dari figur sentral organisasi tersebut. Edi Zubaedi, demikian seniman senior kelahiran Serang 9 Maret 1943 itu. Kiprah dan konsistensi suami Ratu Rohayah ini dalam membangun dunia seni di Banten, tak  bisa diragukan. Lewat Sanggar Badak yang didirikannya pada 17 Agustus 1970, bapak lima anak ini ikut membesarkan sejumlah pelukis muda Banten. Alumnus Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang ini juga seri