H. Ayi Ruhiyat
Ditolong Negro
KHASIAT
air zam-zam sudah bukan rahasia lagi. Konon, selain bisa
menghilangkan rasa haus, zam-zam juga menyimpan hasiat sebagai obat
mujarab berbagai penyakit.
Drs.
H. Ayi Ruhiyat pernah merasakan “keajaiban” air zam-zam. Peristiwa
tersebut terjadi ketika Kepala UPTD Dispenda Banten-Kabupaten Tangerang
itu menunaikan ibadah haji pada musim haji 2002.
“Terus terang, badan saya ini cengeng. Mudah capek dan sering masuk angin,” kata H. Ayi.
Sadar
tubuhnya “cengeng”, Ayi mengaku memiliki banyak pantangan. Misalnya,
tidak mau kena angin malam, puasa minum air dingin, dan tidak bisa
memakai pakaian yang membuka peluang masuk angin. “Kalau minum yang
dingin-dingin, biasanya saya langsung masuk angin,” ungkapnya, sambil
terkikih.
Tapi
ketika sedang menunaikan ibadah haji, semuanya jadi berubah. Tubuhnya
tahan banting. Tidak mudah lelah dan tidak pernah masuk angin. Padahal,
aktivitas ibadah haji yang padat memerlukan energi ekstra. Selain itu,
udara malam di tanah suci sangat dingin.
“Kebetulan,
musim haji 2002 bertepatan dengan musim dingin di Arab Saudi. Jadi
kalau malam, iih dinginnya,” kata mantan Kepala UPTD Dispenda
Banten-Kota Cilegon ini.
Ayi
mengaku heran sendiri. Pasalnya, meski hanya mengenakan pakaian ihrom
pada wakti dini hari, namun ia tidak pernah masuk angin. Lebih heran
lagi, segala pantangan ketika masih di Indonesia, dilanggar. Sesudah
Sa’i, misalnya, ia tak sungkan meminum air zam-zam yang dingin seperti
es.
Pengalaman
religius, juga dialaminya ketika ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan
berdoa pada tempat di antara makam dan mimbar masjid (raudhah). Tempat
tersebut sangat padat, karena sangat dimuliakan. Tidak gampang untuk
mencapai tempat itu, karena pintu masuknya dijaga ketat oleh petugas.
Selain itu, para jamaah berdesak-desak dan berebut untuk mencapai tempat
tersebut.
"Alhamdulillah,
saya berkesempatan salat dan berdoa di raudhah karena ditolong oleh
orang negro yang tubuhnya tinggi besar. Selesai salat, dia mempersilakan
saya menempati tempat duduknya,” ungkap Ayi.
Ayi
yakin, pengalaman religius itu ada kaitannya dengan sikap pasrahnya
selama di tanah suci. “Alhamdulillah, Allah memberi kemudahan,” ungkap
pria kelahiran Buah Batu, Bandung ini.
Komentar
Posting Komentar