Tak Lelah Lahirkan Generasi Pelukis

MESKI Provinsi Banten memasuki usia menjelang tujuh tahun, namun perkembangan  kesenian di provinsi ini masih relatif tertinggal. Selain karena kurangnya apresiasi masyarakat, pemerintah setempat juga terkesan kurang memperhatikan kebutuhan para pelaku seni di wilayahnya.

Indra Kesuma (36), merupakan salah seorang pelaku seni di Banten yang mengaku gerah terhadap minimnya dukungan pemerintah tersebut. Alumnus Fakultas Seni Rupa Universitas Taman Siswa Yogyakarta (1998) ini begitu menggebu ingin memajukan dunia seni di Banten. Seniman yang juga guru seni di  SMA Al Azhar 6 Serang ini aktif memberi bimbingan seni lukis kepada  para anak usia SD hingga SLTA di Banten. Saking bersemangatnya, ia sering memboyong anak didiknya keluar  daerah hanya untuk mencari objek lukisan.
"Di tangan mereka terletak maju atau mundurnya seni di Banten masa mendatang. Saya ingin  melihat mereka memiliki kecintaan dan kemampuan yang besar tentang  seni," kata   pria yang akrab disapa Mas Indra ini.
Meski lahir di luar Banten, Indra memiliki kecintaan mendalam terhadap provinsi ke-30. Hal itu antara lain terlihat dari keterlibatannya dalam berbagai organisasi di Banten. Ia misalnya aktif di Komunitas Perupa Bunderan, Rumah Dunia (RD), dan sering menggelar pameran seni rupa.
Di matanya, pemerintah daerah sudah memberi perhatian relatif merata kepada seluruh elemen masyarakatnya. Namun khusus untuk seniman, pemerintah dianggapnya  masih memperlakukannya sebagai anak tiri. Mungkin, kata dia, karena pemerintah daerah menilai peran seniman  dalam pembangunan tidak begitu jelas. Dia berharap ada pertemuan pemikiran antara pemerintah dan insan seni di Banten. Pertemuan pemikiran itu diharapkannya bisa menjembatani antara harapan  seniman di satu sisi dan keinginan pemerintah pada sisi lain.
Menurut pelukis beraliran surealis ini, keinginan insan seni di Banten tidak muluk-muluk. Mereka ingin, pemerintah daerah menyadari dan mengakui keberadaan para seniman di daerahnya. Bentuk pengakuan tersebut, antara lain, melibatkan seniman dalam proses pembangunan di Banten. Pemerintah    daerah disarankanya mengutamakan peran para seniman Banten dalam proyek-proyek yang berkaitan dengan seni dan budaya.
“Sebagai anak bangsa, kami juga ingin memberikan sumbangsih terhadap Banten. Setahu saya, kualitas seniman kita cukup mumpuni. Hanya saja, selama ini mereka belum  mendapat kesempatan luas untuk menampilkan karya-karyanya. Saya pikir, tidak salah kalau pemerintah memelopori kegiatan pameran  bertema seni, baik itu seni lukis, seni teater, seni pahat, dan seni kerajinan lainnya,” katanya.
Kepeloporan pemerintah tersebut dipastikannya bakal memunculkan seniman-seniman Banten yang tidak hanya bersekala lokal, tapi juga nasional. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bakal muncul seniman Banten yang go international.
Kepeloporan seperti demikian, menurut Indra, sudah dicontohkan  pemerintah di daerah lain seperti Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Jakarta. Mereka memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan seniman. Bahkan, pemeintah di daerah tersebut menjadi bapak angkat para seniman.
Meski tanpa perhatian pemerintah daerah, namun secara kekaryaan para seniman Banten akan terus melahirkan karya-karya. Tapi karena kurang ditunjang oleh sarana dan prasarana, perkembangan  dan pengembangan sumber daya para seniman itu menjadi tersendat.

“Misalnya, kami tidak memiliki gedung kesenian. Saya kira ini salah satu yang menjadi hambatan pengembangan kekaryaan kami,” katanya.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Qori Nasional Pertama dari Banten

Ponpes Alquraniyyah Kesultanan Banten

KH. Ahmad Maimun Alie, Lc, MA